30 June 2005

Pasar Pagi

Aku rindu pasar pagi.
Tumpukan kangkung. Deretan tahu kuning. Ayam potong bergantungan. Jejeran ikan asin beraroma menyengat. Cumi-cumi setengah segar. Bau amis. Asam keringat kuli.
Uh, bau segala bau…

Aku rindu pasar pagi.
Hamparan jajanan pasar. Lemper ayam. Kue Cucur. Bandros yang gurih. Surabi hangat. Gemblong dengan gula mengkilat kecoklatan. Nagasari terbungkus daun pisang. Putri Noong dan lingkaran-lingkaran pelanginya. Klepon hijau muda bertabur kelapa putih.
Ah, warna segala warna…

Ya,
malam ini aku rindu pasar pagi
dan sebungkus cilok hangat yang belum pernah sekalipun kutemukan di sini.

Pasar pagi, tidak bisa tidak, selalu membawa ingatanku pada kearifan seorang ustadz bernama Tarmizi Firdaus. Katanya, kehidupan ini tak ubahnya seperti pasar saja. Bermacam-macam manusia datang ke pasar, berjual-beli, berkenalan, sedikit sapa dan ramah-tamah, lalu setiap orang kembali pulang sambil menenteng bawaannya masing-masing, dengan menumpang angkot ke berbagai jurusan. Begitulah. Hanya beberapa jam lalu selesai. Lantas yang tertinggal cuma sampah.

Hidup adalah pasar, pasar adalah hidup.
Setiap kali aku kehilangan tenaga hidup, biasanya aku akan pergi jalan-jalan ke pasar pagi hanya untuk melihat-lihat. Bagiku, kesibukan pasar pagi adalah kehidupan yang paling real –yang sangat berbeda dengan pasar sore, apalagi pasar malam. Dan bagian yang paling kusuka adalah ketika mampir di gerobak tukang bubur ayam di pinggir jalan. Memandang ke hiruk-pikuknya pasar, menghirup nafas kehidupannya sambil lamat-lamat menikmati semangkuk bubur ayam hangat. Lalu pulang hanya dengan oleh-oleh sebungkus klepon dan –tentu saja—sebungkus cilok di tangan.

Hidup adalah pasar, pasar adalah hidup.
Siapakah aku di pasar ini? Seorang penjual? Seorang pembeli? Atau tak lebih hanya seorang pengamat di pinggiran? Mungkin sebetulnya saat ini aku sedang menjual sesuatu tanpa kusadari. Hm… who knows…

Sebulan lalu aku tiba dari Jakarta disambut geliat pasar jam 4 pagi. Dan kembali ke ibukota keesokan harinya ketika kesibukan pasar hampir usai. Besok lusa aku akan pergi mengunjungi pasar pagi lagi. Siapa tahu, saat itu mungkin aku sudah siap untuk menjual sesuatu.

Well, aku akan datang.
Sambut aku dengan senang.

1 Comments:

Blogger budibadabadu said...

"hidup bukan pasar malam", kata Pram. dan oh, memang pasarmu pagi. sepakat. that's life.

12 July, 2005 09:33  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home