15 September 2009

38 hari

Hey, kamu! Ya, kamu. Aku kenal kamu. Sudah 38 hari kamu berada di sini, bukan? Ah, aku tahu dari raut mukamu itu. Kamu tidak ingin repot-repot menghitung sudah berapa lama kamu di sini, bahkan mungkin kamu tidak ingin repot mengingat-ngingat ‘hari apa ini’ setiap kamu bangun pagi (bangun pagi? ha!). Biar. Tak apa begitu. Biar aku saja yang menghitung hari-harimu di sini. Sudah tugasku. Kamu tenang-tenang sajalah. Nikmati saja liburanmu ini.

Hey, betul bukan kamu sedang liburan? Sebentar, sebentar… aku buka dulu catatanku. Tuh, lihat, ini buktinya: tanggal 10 bulan lalu kamu motor touring menjelajah Ujung Genteng selama tiga hari dua malam. Minggu lalu kamu mengagumi koleksi bebatuan di Museum Geologi. Tanggal 14 nanti kamu akan pergi lagi menyusuri pantai-pantai di Garut, lalu tanggal 21 kamu berencana naik Gunung Gede. Wow! Kesimpulanku pasti tidak salah, karena catatanku tidak pernah salah. Kamu betul-betul sedang berlibur, Manisku!

Tapi hey, kenapa matamu kosong begitu? Gambar apa yang sedang kau tatap? Jangan buang-buang energi. Baiknya kamu matikan saja TV itu. Barrack Obama menang, Amrozi cs akan dieksekusi mati, harga premium turun dari Rp 6.000 menjadi Rp 5.500, Ulfa mengaku senang dikawini Syeikh Puji. Kanjeng Ratu Hemas ikut menolak penetapan UU pornografi. Kalau berita-berita itu kamu tonton hanya untuk menemanimu menghabiskan segelas kopi itu, matikan saja. Duh kamu, dua bungkus kopi diseduh sekaligus dalam gelas sekecil itu, tengah malam begini. Tolong perhatikan ya: total netto dua bungkus kopi susu bubuk itu 64 gram. Kalau kamu insomnia lagi, jangan salahkan aku. Aku bukan spesialis pencatat jam tidurmu. Aku ini si pencatat tetek bengekmu, dan aku yakin tidur tidak termasuk urusan tetek bengek buatmu.

Hey. Knock-knock. Ada apa di dalam sana? Mungkin aku bisa mencoba cari tahu tentang mata kosongmu itu dari rangkaian catatan tetek bengekmu yang ada padaku. Sebentar, sebentar… Akan aku runut-runut.

Siang tadi kamu dibonceng teman baikmu pergi ke Tamim dan Pasar Baru. Sampai Kosambi, sisa-sisa hujan masih turun, lalu motor berhenti buat membeli jas hujan, harganya Rp 65.000. Lima menit setelah itu jari kelingking kaki kirimu berdarah sebab motor teman baikmu itu terlalu mepet ke motor lain. Lukanya tidak seberapa, tapi teman baikmu itu agak panik melihat darah mengucur di tengah hujan dan jalanan becek, sebab dia pernah punya pengalaman infeksi parah hanya gara-gara luka kecil yang terlambat ditangani. Kalian mencari-cari apotek sepanjang Kosambi, tapi tidak ada. Ada klinik pengobatan sederhana di sebelah kiri jalan, tapi motor terlanjur maju memasuki jalan satu arah. Kalian berhenti sebentar di halte Alun-alun, sekedar untuk membeli segelas air mineral dan sebungkus tissue dari penjaja asongan yang mangkal. Di situ juga kamu mencuci luka berdarahmu dengan santai bahkan sambil tertawa-tawa, sementara muka teman baikmu itu meringis melihatmu lalu dia bertanya kepada beberapa orang adakah klinik terdekat dari situ. Sepuluh menit kemudian motor berhenti di pelataran Elim Medical Center di jalan Sudirman. Lima belas menit kemudian kamu keluar dari klinik itu dengan plester di jari kaki, plus plastik kresek putih yang kamu jadikan kaos kaki. Kamu sempat menyayangkan Rp 66.800 hanya untuk luka lecet sekecil itu tapi akhirnya menertawakan “kaos kakimu” itu. “Kita punya hari yang aneh lagi hari ini!” celutukmu gembira.

Hm. Sebentar, sebentar… rasanya ini sudah bukan catatan tetek bengek lagi. Aku tidak semestinya mencatat celutukanmu itu. Itu bukan tetek bengek. Tetek bengek adalah hal-hal seperti misalnya kamu menghabiskan Rp 150.750 di Tamim untuk tiga lembar kain sprei yang masing-masingnya sepanjang 2,25 meter padahal kamu tidak berencana membelinya. Tiga lembar kain sprei?! Siapa yang sedang kamu coba tipu, Manisku? Kamu pikir warna-warna motif kain sprei itu akan bisa membujukmu untuk tidur teratur, heh? Kamu bahkan tidak punya kasur sendiri. Mengapa akhir-akhir ini kamu sering berbuat bodoh, Sayangku? Lihat! Lihatlah catatanku yang ini. Hey! Sini. Jangan palingkan mukamu. Lihat ini! Akhir bulan lalu, tanggal 27, kamu ke Vertex tanpa rencana dan keluar dari situ pukul 15:32 dengan 22 keping DVD! Lalu dua hari kemudian kamu ke sana lagi, kali ini dengan sengaja, dan kamu keluar dari pintu toko itu dengan 28 DVD!!! Arrrgghhh!!!!

Aku tahu kamu gila, tapi kamu tidak pernah segila ini. Aku bahkan tidak berani menghitung ulang total pengeluaranmu selama bulan Oktober. Aku bergidik ketika angkanya muncul di kalkulator.

Oh Manisku, kamu tahu aku sayang kamu. Terlalu sayang. Karena itu mulai hari ini aku berhenti menjadi pencatat tetek bengekmu. Cukup 38 hari. Cukup.

Saat adzan shubuh di Negeri Ujung
7/11/2008 - 04.03

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home