20 July 2011

Lahir

Dan lihatlah dirimu di Cermin itu.
Hari ini kamu kembali menjadi bayi.
Kamu dibuat takjub. Oleh Cermin. Oleh bayi.

Tahukah kamu, Ayra? Kelahiran yang sesungguhnya adalah kelahiran yang tak disengaja, namun sebenarnya telah jauh terencana. Dan dalam hidupmu, kamu tak cuma lahir sekali. Betul memang, bulan tujuh selalu menjadi bulan kelahiranmu, tapi kamu tidak pernah tahu pada tahun, tanggal dan pukul berapa tepatnya kamu akan terlahir kembali. Bukan kamu yang menunjuk waktu, bukan pula aku.

Seperti hari ini, pernahkah kamu menyangka bahwa kamu akan lahir lagi? Aku yakin tidak. Apalagi dalam bentuk seperti ini. Manusia memang makhluk yang senang melupa. Tapi... ssssttt... kuberitahu sebuah rahasia: segala permintaan sering kali dikabulkan ketika sudah jauh terlupa. Itulah mengapa doa-doa yang mewujud sering dikatakan sebagai 'terkabul'. Ah betapa indahnya melupa, karena dengannya kamu dibuat terkejut bahagia oleh keajaiban rencana-rencana.

Sini, kemarilah. Aku ingin mengingatkanmu. Lihat ini, tulisan hatimu tercatat rapi di sini, aman tersimpan di dalam gelembung bulir-bulir embun yang berkunjung ke bumi. Huruf-hurufnya tertata runtut, sangat teliti. Huruf-huruf itu tampak bening, jernih, sebab kamu menuliskannya dengan air mata murni, yang kamu himpun tetes demi tetes di malam-malam hening berselimut Cahaya. Pandanglah dengan cermat, sebab aku ingin mengingatkanmu bahwa: ya, kamu pernah meminta untuk lahir. Tepatnya, dilahirkan sebelum melahirkan. Kamu meminta dengan kata ‘manusia baru’, dan Cermin itu memahaminya sebagai ‘bayi’. Kalau demikian, bukankah permintaan sudah terpenuhi? Bukankah segalanya sudah sangat adil? Sudah, Ayra. Segalanya. Adil. Sudah. Karena Cermin selalu jujur. Cermin selalu setia pada janji. Tidak seperti manusia, Cermin tak mengenal dusta.

Nah, sekarang kamu jadi teringat kembali tanggal yang sama tepat empat tahun yang lalu, bukan? Ya, 20 Juli 2007 itu. Aku pun ada di sana, menyaksikan kelahiranmu yang terakhir sebelum yang ini. Sekali lagi, bukan kamu yang menunjuk waktu, bukan pula aku.

Maka kini,
sebagaimana lazimnya di setiap kelahiran,
aku hadiahkan untukmu sebuah kata, sebuah doa:
Selamat.


A VI 9 RD
At the beginning of the last day.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home