09 September 2010

Cinta Sekeping Rahasia

Awalnya adalah takut. Lalu Dia mengusikmu dengan kehidupan janggal yang menggelitik akal, dan kaupun menjadi ingin tahu. Ketakutanmu tak kau pedulikan lagi, sebab keingintahuanmu adalah tanaman merambat yang terus tumbuh bersulur-sulur. Lalu Dia berkenan membukakan selubung dari sekeping rahasia, begitu saja, sebagai hadiah kepada setiap diri yang berani mengijinkan hatinya untuk merasa ingin tahu.

Sekeping rahasia sudah cukup membuatmu kagum. Tak pelak, hati yang takut-takut-kagum menuntunmu pergi mencari lagi. Ke kanan, ke kiri, ke depan, ke belakang, ke luar, ke dalam, ke atas. Siapa mengira bahwa ternyata kepingan rahasia cahaya juga bisa ditemukan jauh di bawah sana. Jauuuuuuhh di bawah sana. Kau terlempar, kau tenggelam, kau menghiba-hiba meraih tepi, tanganmu menggapai-gapai. Nyaris hilang pekik suaramu. “Atas, Atas, Atas”. Ratapanmu serupa pecandu. “Atas. Atas. Atas.” Cintamu serupa candu.

Lalu, dari Atas, Dia ulurkan lagi padamu beberapa keping rahasia sekaligus. Maka seluruh sel dalam dirimu memuai. Mereka mengerti, bila kau pergi mendekati-Nya selangkah, Dia akan menjemputmu dengan berlari. Dan kau tahu kau tak perlu mengerti, sudah berapa lama kau jatuh cinta. Sebab tak ada patah hati di sini. Kau hanya jatuh cinta. Selama-lamanya.

***

Malam terakhir Ramadhan 1431 H.
Terima kasih sudah berkali-kali menggiring kakiku ke Al-Azhar. Selalu ada hikmah yang Kau beri dari sini, Ya Rahim. Juga tadi malam. Kilasan mimpi dari-Mu sungguh menenangkan. Karuniai aku sabar dan ikhlas hingga hati sampai pada puncak cintanya lagi.


0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home