29 May 2013

Sambil makan

Pada dasarnya Ayra lebih suka mendengar daripada bicara, tapi kini ia sangat menikmati kebiasaan barunya tiap pergi makan: ngobrol-ngobrol ringan sekedar beberapa menit sambil menunggu hidangan siap tersaji. Dengan pedagang makanan kaki lima, dengan pemilik kedai, dengan pelayannya, dengan siapapun yang ingin dia sapa. Karena, hm, karena makan pastilah bukan sekedar urusan mengisi perut lapar. Makan adalah juga saat untuk terhubung. Dengan dunia, dengan cerita-cerita, dengan hidup.

Setiap orang datang dengan setidaknya satu cerita. Bagi Ayra, satu orang adalah satu cerita, satu buku, satu lagu, satu film. Itu paling minimal. Berhubung Tuhan Maha Kreatif, Maha Kaya dan Amat Sangat Pemurah, maka sering kali satu orang Dia beri satu kotak cerita yang di dalamnya berisi tumpukan buku, sederet file MP3 dari berbagai genre lagu, dan beberapa keping DVD film berdurasi panjang.

Ayra sering terkejut betapa cerita hidup paling mendalam sering tersembunyi di balik sapaan pendek sependek “Udah lama jualan di sini, Bu?”. Kalau beruntung, kotak cerita akan terbuka lebih lebar pada sesi-sesi makan berikutnya dan dengan demikian ia menjadi pelanggan tetap. Kalau lebih beruntung lagi, yang awalnya mendengar cerita akan beralih menjadi bertukar cerita, sehingga giliran Ayra yang ganti ditanya-tanya. Seperti malam itu.

“Lha terus kenapa, Mbak? Di sana kan udaranya adem, enak."
“Hehe. Karena saya lebih suka dipanggil Mbak daripada Teteh.”
Ibu itu tertawa kecil lalu bercerita lagi dalam bahasa indah nenek moyangnya yang tak asing di telinga Ayra, bahasa yang selalu membawa perasaan pulang ke rumah setiap kali ia mendengarnya. Ayra terkesan dengan bagaimana ibu itu mencintai kota kelahirannya, bagaimana ia bertemu suaminya, bagaimana ia kehilangan anak ketiganya tujuh tahun lalu, bagaimana ia bahagia cukup dengan punya satu warung makan saja, bagaimana ia menemukan makna hidup paling berarti ketika semua harapan sudah surut ke dasar laut, bagaimana ia bangkit lagi, bagaimana suaminya selalu jujur dan setia.

Malam makin larut, tapi malam itu Ayra ingin sepiring nasi gudeg di hadapannya tidak habis-habis.