25 August 2010

Doa Paruh Ramadhan

Ya Allah,
Aku datang lagi.
Dengan genangan rasa.
Dan segala titik permintaan.

Sedih.
Sudah separuh Ramadhan-Mu berlalu.
Dan aku belum apa-apa.

Sedih.
Akan ditinggal malam-malam Ramadhan-Mu lagi.
Akan ditinggal Quraish Shihab lagi.
Setelah Engkau, hanya dua itu saja yang kurindukan untuk Ramadhan. Sepanjang tahun, setiap tahun, aku merindukan dua itu saja.

Aku yakin, manusia semulia dia pasti sudah sangat rindu bertemu dengan-Mu. Aku yakin, Engkau pun sudah sangat rindu untuk menyambutnya pulang. Tapi Ya Allah, ijinkan aku kali ini untuk meminta sesuatu yang sangat egois.

Mohon sehatkan dia, panjangkan umurnya, mampukan selalu jiwa dan raganya untuk mencurahkan ilmu dan kebijakannya seperti saat ini. Engkau Maha Tahu,Ya Allah, bahwa dari tahun ke tahun dia memberiku alasan untuk menjadikan setiap sahurku indah dan penuh. Engkau Maha Benar, Ya Allah, dan telah kudapatkan satu kebenaran abadi dari pengajarannya: bahwa sabar itu tidak ada batasnya.

Maka jangan dulu Kau panggil dia pulang, Ya Allah. Aku masih membutuhkannya di sini. Hatiku ini masih sangat haus. Aku tidak tahu siapa lagi manusia cendikia sebijak dia di negeri ini. Kalau ada yang bertanya padaku, siapa yang layak menjadi Bapak Guru bagi negeri ini, aku tidak akan ragu untuk menyebut namanya.

Sungguh, Ya Allah, amat sangat aku minta, jangan dulu Kau panggil dia pulang. Sebab mimpiku belum sampai. Aku ingin bertemu, menyaksikan kebenaran-Mu meresap ke bumi lewat bening kata-katanya, menatap muka teduhnya, mendengar suara tenangnya, merasai damai auranya, lalu mencium punggung tangannya dan memberikan surat ini.