30 December 2005

(1921 - 2005)

"Mbah... "
"Opo, Nduk?"
"Mbah neng ndi?"
"Aku wis neng kene, Cah ayu. Ayem tentrem."
"Aku melu, Mbah... "

23 December 2005

Latihan Pertama

Tanggal 1 bulan ini saya terbangun karena sebuah oleh-oleh aneh dari alam entah berantah. “Hei perempuan, Aku beritahu kamu sesuatu: jadwal nikahmu adalah tahun 2009, ketika umurmu sudah 33.”

What???!!!
2009???
33???
Hahaha… Great! Great numbers!!!
Kalau Sang Pengatur Jadwal sudah punya mau, bisa protes apa saya?

Lalu tanggal 22 bulan ini saya mendapat kabar bahwa tanggal 22 bulan depan dia akan menikah.
Ha???!!!

Tidak ada kalimat lagi setelah itu. Ruangan beku. Kata-kata beku. Kata-kata menggantung kaku, berserakan memenuhi ruang antara langit-langit dan lantai. Beku. Dan tahu-tahu mata saya sudah basah begitu saja…

Ooo... begini tho rasanya perasaan-tak-karuan itu…
Ooo... begini tho rasanya bahagia campur lega campur sedih campur pahit campur bingung campur…
Ooo... begini tho rasanya melihat lampu rumah dinyalakan penghuninya diiringi suara derit pintu yang menutup rapat…
Ooo... begini tho…

Ternyata rasanya sungguh aneh. Saya tahu, ini latihan pertama saya. Segala sesuatu yang pertama biasanya memang terasa aneh. Saya masih punya jadwal 2 latihan lagi untuk hal yang persis sama. Latihan kedua, saya prediksikan bakal tahun depan juga --dan saya sudah bersiap jauh-jauh hari untuk yang satu itu. Tapi buat latihan yang ketiga, hm… saya sama sekali tidak punya gambaran apapun, meski cuma sekilas bayangan kabur sekalipun. Yang jelas, saya bersyukur bahwa Pengatur Jadwal memberi saya latihan pertama dan kedua sebagai medan untuk mempersiapkan saya menghadapi latihan ketiga.

Kalau mau jujur, saya terlalu ngeri untuk membayangkan latihan yang ketiga. Sang Pengatur Jadwal sudah mewanti-wanti bahwa latihan ketiga nanti akan menjadi yang paling dahsyat, bahkan bisa jadi itulah perang saya yang sesungguhnya. Kalau saya boleh memilih, ketika tiba saatnya nanti saya harus menghadapi latihan ketiga itu, saya ingin menjadi seorang yang buta-tuli saja sebentar, atau menjadi seseorang dengan amnesia parsial. But then, apa artinya saya jalani latihan pertama dan kedua, bila kemudian saya tak ingin menghadapi latihan ketiga? Pengatur Jadwal sudah menetapkan pilihan: play the game or run away, dan saya tidak punya hak untuk menambahkan jenis pilihan lain. Tetapi saya juga tidak bisa pilih run away, saya bukan orang yang pandai berlari. Jadi saya cuma bisa berharap, semoga latihan pertama ini dan yang kedua nanti bisa memperkaya saya dengan jurus-jurus srikandi sehingga saya punya cukup kekebalan untuk latihan ketiga kelak. Semoga tidak terlalu dahsyat. Semoga…

Selamat buatmu, laki-laki penyuka ungu.
You deserve well.

21 December 2005

al-birru

Kesulitan selalu beserta kemudahan. Yang sulit saja tidak ada. Yang mudah saja pun tidak ada. Dalam susah berisi senang, dalam senang berisi susah; itulah perjuangan hidup. Bahaya yang mengancam adalah menjadi sebab akal berjalan, pikiran mencari jalan keluar. Ternyata kesulitan adalah kejayaan dan keberuntungan yang tiada taranya... Kadang-kadang sesuatu pengalaman yang pahit menjadi kekayaan jiwa yang tinggi mutunya, jadi kenangan yang amat indah untuk membuat hidup lebih matang. Sehingga datang suatu waktu kita mengucapkan syukur yang setulus-tulusnya dan setinggi-tingginya karena Tuhan telah berkenan mendatangkan kesulitan itu kepada kita pada masa yang lampau.

- Buya Hamka -