Prelude:
Tulisan ini pertama kali mampir tepat 4 tahun lalu.Aku baca dan aku jatuh cinta --hingga kini, karenanya masih kusimpan rapi di laci tua. Ini sebuah hadiah ulang tahun paling indah dari seseorang kepada seseorang. Entah siapa. Bila ditemukan nama Ayra di dalamnya, tak lain hanya sebuah kebetulan yang disengaja. Harap maklum kalau aku ingin sedikit iseng mengimbuhkan nama Ayra di dalamnya, karena tulisan seindah ini memang hanya cocok untuk nama secantik Ayra, hehehe... narsis! Selebihnya --dan seluruhnya, bukan aku yang menulis. Entah siapa dia. Entah siapa...- Ayra -
You Are The MoonDua puluh menit yang lalu dunia ternyata terlalu sepi. Cuma dihuni beberapa deret pohon bambu yang pucuknya sudah ditebas seminggu silam. Lapangan trotoar yang biasanya riuh oleh mulut-mulut iseng penuh keringat pun sudah kering kembali. Aku? ah, aku bukan sesuatu yang luar biasa dan oleh karenanya tak perlu ada pembahasan tertentu dalam tulisan ini.
Lebih baik kita membicarakan sedikit soal bulan purnama di atas langit malam ini yang seperti biasa ditemani segerombolan bintang. Karena bulan itulah yang pertama tertangkap mataku ketika melangkah keluar mengatupkan pintu belakang. Bulan itu--kurasa--tinggal perlu waktu sehari lagi untuk benar-benar menjadi sempurna.
Sempurna? Apakah bulan layak diembel-embeli kata 'sempurna'? Ehm, mungkin berlebihan sebab apa yang tertangkap indera kita di sini ternyata hampir semuanya ilusi belaka. Cahaya yang dingin. Huh, bulan hanya sekadar "pesuruh" matahari buat menyampaikan sinar edisi malamnya kepada bumi. Kelembutan. Hahaha, konon wajah bulan tak lebih "memalukan" dari remaja putri belasan tahun yang kerapkali minder dan mengurangi aktivitasnya di luar gara-gara serbuan jerawat. Tapi, setidaknya para ABG itu bisa belajar dari sang rembulan; tak perlu malu mendapatkan wajah penuh noda jika mereka punya sesuatu yang lain yang bisa membuat orang (sejenak) melupakan jerawat itu. Bulan? Bukankah orang lebih senang membunga-bungakan kedamaiannya ketimbang kubangan-kubangannya?
Malam ini aku ingin menyebutmu sebagai rembulan, Ayra. Tak peduli jika pada akhirnya antara kau dan dia terlalu banyak perbedaannya daripada persamaan. Tapi kadang satu buah persamaan yang begitu mendalam jauh lebih penting ketimbang seribu perbedaan yang sepele.
Pertama, kau sama tidak sempurnanya dengan bulan. Bedanya, bulan dari dulu selalu begitu. Mungkin ketika manusia mulai jenuh dengan pemandangannya yang begitu-begitu saja, bulan tak bisa berbuat apa-apa. Dia memang seonggok bulan. Dan kau sama sekali bukan bulan. Apalagi bulan-bulanan.
Dua, malam ini bulan punya kesempatan menunjukkan dirinya setelah hampir 30 hari menunggu. Tak peduli ada orang yang memperhatikannya atau tidak. Pokoknya kesempatan ini harus ia gunakan untuk bertelanjang ria. Aku sempat bertanya, kenapa Yang Maha Membuat menciptakan bulan untuk malam hari di saat hampir sebagian besar manusia memilih untuk terlelap di balik selimut dan tak lagi bernafsu untuk melihat, mendengar, merasa. Jawabannya--kurasa-- telah kutemukan sendiri. Singkat saja, Dia justru berlaku adil dengan memberikan waktu pada manusia untuk tidak "melihat", "mendengar", maupun "merasa". Filosofisnya? Cari sendiri sajalah. Atau boleh juga tidak dipikirkan.
Sama, Ra. Malam ini adalah waktu yang dipilihkan Sang Pemilih untuk menunjukkan ke-25tahun-an perjalanan hidupmu. Tak peduli ada yang mempedulikannya atau tidak. Bukanlah egois, jika mengatakan bahwa usia memang cuma urusan si orang dan Sang Pembuat Usia. Makanya, aku (sedang) merasa tak perlu memberikan komentar apa-apa soal hari ulang tahunmu ini. Toh, it's all your day. Kalau mau tertawa lebar sebagai ekspresi silahkan saja; kalaupun ingin menangis sebagai ekspresi itu sah-sah saja.
Satuuu aja yang ingin kutulis di sini. You're my moon tonight, honey. Biar permukaanmu tak rata dan berjerawat, aku melihatmu sebagai sebuah kesatuan dari makhluk yang bernama Ayra. You're not my angel anyway. Lagipula... bintang berada tidak jauh-jauh dari bulan bukan?
Happy birthday, honey.